Sekolah Tinggi Desain Indonesia
memiliki tiga Program Study Desain. Salah satu nya yaitu Fashion Communication,
yang beberapa waktu lalu pada tanggal 27 September bersama The ImPossible
Projects Team mengadakan Sharing Session yang bertempat di Aula
Wastu Sekolah Tinggi Desain Indonesia jalan Wastukencana no 52.
The ImPossible Projects sendiri
merupakan team yang dibentuk untuk mengadakan acara – acara yang berkaitan
dalam bidang fashion. Beranggotakan Maradita Sutantio sebagai ketua dan juga
selaku ketua Prodi Fashion Communication, Fairus Sinta yang merupakan dosen
Fashion Communicattion di STDI, dan beberapa mahasiswa STDI yaitu Josiah Wakerwa,
Agnesa Samudera, Anisa Wening, dan Siti Fadhila.
Diawal pembukaan Sharing
Session ini dijelaskan tentang adanya +ActivePoint yang diberlakukan
di STDI sebagai reward yang diberikan pihak kampus kepada mahasiswa yang
aktif mengikuti acara–acara kampus, dan juga merupakan sebagai syarat
kelulusan. Sesi berikutnya dilanjutkan dengan Sharing Session, yang
sebagai pembicara yaitu tiga mahasiswa fashion Universitas Telkom yang baru
menamatkan kuliah mereka pada tahun 2016 ini, di sini mereka mempersentasikan
karya baju dari tugas akhir mereka.
Pembicara pertama bernama
M. Ricky Bharman menampilkan tiga gaun malam Haute Couture dengan bahan
sutra, yang menarik pada gaun karya Ricky Bharman ini adalah pemakaian kerang
sebagai ornament pada gaun. Ide ini didapatnya ketika ia berlibur ke Bali dan
melihat banyak limbah kerang yang sudah tidak dapat didaur ulang lagi. Kemudian
setelah itu mulailah ia mengumpulkan limbah kerang dan mendaur ulangnya menjadi
sesuatu yang bernilai jual tinggi. Dalam proses pengerjaannya Ricky melakukan
beberapa kali eksperimen guna mendapatkan hasil yang maksimal, juga mengalami
beberapa kali kegagalan dan menghabiskan banyak biaya dikarenakan proses
pengerjaannya yang masih dilakukan secara manual.
Pembicara yang kedua
yaitu Rahmadina Putri Aprilliza yang mengakat konsep Ready to Wear dan
warna hitam pada baju karyanya . Rahmadina menuangkan bait – bait puisi pada
baju nya yang ia bordir dengan pola tulisan tangannya sendiri. Hingga akhirnya
sampai pada konsep ini, Rahmadina juga melakukan banyak proses eksperimen dan
mendapati kegagalan – kegagalan yang mengharuskannya mengganti konsep hingga
melakukan proses desain mulai dari awal lagi.
Pembicara terakhir yaitu Dwi Astiti mengangkat
konsep Sporty dengan material Scuba, ketertarikannya pada material Scuba
ini diawali ketika ia menghadiri suatu acara seminar tentang Trend Forcasting
yang menjelaskan tentang material Scuba sebagai acuan dalam trend fashion masa
mendatang. Di sini ia juga menjelaskan beberapa teknik cutting yang ia
aplikasikan dalam baju karyanya.
Acara ditutup dengan sesi
tanya jawab dan beberapa kutipan penting dari ketiga desainer muda ini bahwa
kita harus selalu rendah hati, tidak boleh sombong dan juga harus selalu
bekerja keras, karna hasil tidak akan menghianati kerja keras.
Saya sebagai mahasiswa fashion
tinggkat dua mendapatkan banyak pengetahuan baru dalam bidang fashion setelah
menghadiri acara Sharing Session ini, contonya seperti bagaimana seorang Ricky
Barma mendaur ulang limbah kerang menjadi sesuatu yang bernilai jual tinggi,
bagaimana Rahmadina Putri yang mengangkat warna hitam serta menuangkan bait—bait
puisi yang ia bordir pada baju karyanya, pemakaian material scuba serta teknik
laser cutting yang diaplikasikan pada baju karya Dwi Astiti, dan juga beberapa
istilah – istilah yang berkaitan dalam bidang fashion.
Sebaiknya acara-acara seperti ini tidak
berhenti sampai di sini, saya berharap Fashion Communication STDI bersama The
ImPossible Projects Team terus mengadakan acara – acara seperti ini, dan semoga
acar-acara kedepannya semakin baik lagi, baik dari susunan acara maupun dari
segi penyampaian pembicara yang diundang dapat menginspirasi pendengarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar