Rabu, 26 Oktober 2016

Evolusia



Jika dipostingan sebelumnya saya mereview acara Sharing Session yang di adakan oleh kampus STDI bersama The ImPossible Projects Team, dipostingan kali ini saya akan mereview acara Evolusia yang diadakan oleh Universitas Maranatha pada tanggal 19-20 Oktober 2016 yang bertempat di kampus Maranatha jalan Prof. Drg. Surya Sumantri, Bandung. 

Evolusia merupakan pergelaran busana  karya mahasiswa Fakultas D-III Seni Rupa dan Desain Program Studi Desain Busana dan Mode Maranatha. Acara ini sudah rutin diadakan dari tahun ke tahun sejak tahun 2012 dan pada tahun ini Evolusia tidak hanya menampilkan pergelaran busana karya mahasiswa saja, tetapi juga terdapat beberapa rangkaian acara expo seperti seminar dan workshop, serta juga ada stand makananan, barang dan jasa. Evolusia tahun ini mengangkat tema Decoding The Future. Banyak brand terkenal yang mensponsori acara ini seperti Cardinal, YKK, Obor, Brother, DJARUM Foundation, dan lain-lain.

Rangkaian acara pada hari pertama yaitu seminar dan workshop. Acara seminar membahas tentang Indonesian Trend Forecast, dengan pembicara seminar yaitu Dina Midiani (Indonesia Trend Forcasting) dan Tri Anugrah S.Sn (Creative Director and Head Research of Indonesia Trend Forcasting). Trend yang dibahas pada seminar adalah trend yang di perkirakan terjadi pada tahun 2017/2018 dengan mengambil tema Grey Zone. Tema ini menggambarkan peralihan generasi pada saat ini, dimana dominasi generasi Y yang menggeser generasi X dan kini mulai tergantikan dengan generasi Z.

Pada seminar juga dijelaskan bahwa saat ini kita tengah memasuki masa peralihan, pola hidup sudah mulai berubah karena kita sudah hidup di era digital, era virtual reality. Zona abu-abu dapat diartikan sebagai lapisan-lapisan generasi, mulai dengan generasi X yang bersentuhan dengan teknologi di usia matang bahkan senja, sehingga masih banyak yang gagap akan teknologi, yang masih mengagungkan cara lama dan konvensional. Generasi Y yang bersentuhan dengan teknologi sejak remaja, sehingga dapat memadukan cara konvensional dengan cerdas dan memanfaatkan teknologi secara maksimal. Sedangkan generasi Z yang sejak usia dini sudah mengenal teknologi dan sudah ada dalam dunia baru ini, sehingga tidak heran jika mereka terlihat sangat canggih.

Zona abu-abu yang melambang suatu keadaan yang belum jelas dengan berbagai macam kemungkinan, dimana generasi X galau dengan konsep pembaharuan dan inovasi teknologi, generasi Y dan Z galau menghadapi pola pikir konvensional generasi sebelumnya. Interaksi ini saling mempengaruhi dan berbenturan. 

Setelah acara seminar,dilanjutkan dengan workshop ada beberapa pilihan workshop yang dapat kita ikuti yaitu membuat pouch and fest (PT. Jaya Mesin, mesin jahit Brother), membuat gelang (YKK, brand resleting) dan membuat bordir (PT. Obor, mesin bordir Juki).

Acara keesokan harinya pada tanggal 20 Oktober 2016 adalah Graduation Fashion Show, yang merupakan puncak dari acara Evolusia. Fashion show ini menampilkan seratus dua busana dari dua puluh tiga mahasiswa tingkat akhir dengan masing-masing mahasiswa empat busana dan sepuluh busana dari mahasiswa semester lima.

Diawal acara disebutkan beberapa nama mahasiswa yang memiliki prestasi seperti Melisa Ardianti dengan tugas akhir terbaik pertama, yang juga merupakan mahasiswa dengan lulusan IPK tertinggi, dengan nilai IPK 3,72, Anisa Komala Dewi dengan tugas akhir terbaik kedua, Alexa Belvana yang merupakan mahasiswa berprestasi dalam bidang non akademik, dan Ajeng Novianti mahasiswa dengan performa terbaik.

Acara Fashion Show dibagi menjadi dua bagian, part pertama menampilkan baju-baju dengan tema keseluruhannya yaitu Modern Aesthetic dan part kedua dengan tema keseluruhannya Back to Tradisional. Semua busana yang diperagakan sangat bagus dan menarik perhatian tiap pasang mata yang hadir di gedung Auditorium Maranatha tersebut, dan juga model-model yang memperagakan busana merupakan model-model professional, terlihat dari bagaimana cara mereka berjalan diatas catwalk memperagakan busana yang mereka kenakan.

Dari semua busana yang diperagakan, busana yang saya suka dan membuat saya terkagum-kagum adalah busana karya Alexa Belvana dengan tema baju The Illumination Of Dom Bosca. Keempat busana yang diperagakan merupakan Bride and Couture Gown.




           
Selain menampilkan peragaan busana karya mahasiswa, juga menampilkan beberapa tarian daerah yang sudah disatukan menjadi satu tarian yang memukau hadirin yang melihat, juga sebagai bintang tamu Kristo Pizarro yang menyanyikan beberapa buah lagu.

Di akhir acara semua para mahasiswa yang kini sudah menjadi para desainer muda berkumpul di atas catwalk dan para hadirin memberikan karangan bunga yang mereka kepada para desainer muda tersebut atas kesuksesan acara yang telah mereka persiapkan sejak jauh-jauh hari.

Selasa, 25 Oktober 2016

Review Sharing Session

Sekolah Tinggi Desain Indonesia memiliki tiga Program Study Desain. Salah satu nya yaitu Fashion Communication, yang beberapa waktu lalu pada tanggal 27 September bersama The ImPossible Projects Team mengadakan Sharing Session yang bertempat di Aula Wastu Sekolah Tinggi Desain Indonesia jalan Wastukencana no 52. 
The ImPossible Projects sendiri merupakan team yang dibentuk untuk mengadakan acara – acara yang berkaitan dalam bidang fashion. Beranggotakan Maradita Sutantio sebagai ketua dan juga selaku ketua Prodi Fashion Communication, Fairus Sinta yang merupakan dosen Fashion Communicattion di STDI, dan beberapa mahasiswa STDI yaitu Josiah Wakerwa, Agnesa Samudera, Anisa Wening, dan Siti Fadhila.
Diawal pembukaan Sharing Session ini dijelaskan tentang adanya +ActivePoint yang diberlakukan di STDI sebagai reward yang diberikan pihak kampus kepada mahasiswa yang aktif mengikuti acara–acara kampus, dan juga merupakan sebagai syarat kelulusan. Sesi berikutnya dilanjutkan dengan Sharing Session, yang sebagai pembicara yaitu tiga mahasiswa fashion Universitas Telkom yang baru menamatkan kuliah mereka pada tahun 2016 ini, di sini mereka mempersentasikan karya baju dari tugas akhir mereka.
Pembicara pertama bernama M. Ricky Bharman menampilkan tiga gaun malam Haute Couture dengan bahan sutra, yang menarik pada gaun karya Ricky Bharman ini adalah pemakaian kerang sebagai ornament pada gaun. Ide ini didapatnya ketika ia berlibur ke Bali dan melihat banyak limbah kerang yang sudah tidak dapat didaur ulang lagi. Kemudian setelah itu mulailah ia mengumpulkan limbah kerang dan mendaur ulangnya menjadi sesuatu yang bernilai jual tinggi. Dalam proses pengerjaannya Ricky melakukan beberapa kali eksperimen guna mendapatkan hasil yang maksimal, juga mengalami beberapa kali kegagalan dan menghabiskan banyak biaya dikarenakan proses pengerjaannya yang masih dilakukan secara manual.
Pembicara yang kedua yaitu Rahmadina Putri Aprilliza yang mengakat konsep Ready to Wear dan warna hitam pada baju karyanya . Rahmadina menuangkan bait – bait puisi pada baju nya yang ia bordir dengan pola tulisan tangannya sendiri. Hingga akhirnya sampai pada konsep ini, Rahmadina juga melakukan banyak proses eksperimen dan mendapati kegagalan – kegagalan yang mengharuskannya mengganti konsep hingga melakukan proses desain mulai dari awal lagi.
 Pembicara terakhir yaitu Dwi Astiti mengangkat konsep Sporty dengan material Scuba, ketertarikannya pada material Scuba ini diawali ketika ia menghadiri suatu acara seminar tentang Trend Forcasting yang menjelaskan tentang material Scuba sebagai acuan dalam trend fashion masa mendatang. Di sini ia juga menjelaskan beberapa teknik cutting yang ia aplikasikan dalam baju karyanya.
Acara ditutup dengan sesi tanya jawab dan beberapa kutipan penting dari ketiga desainer muda ini bahwa kita harus selalu rendah hati, tidak boleh sombong dan juga harus selalu bekerja keras, karna hasil tidak akan menghianati kerja keras.
Saya sebagai mahasiswa fashion tinggkat dua mendapatkan banyak pengetahuan baru dalam bidang fashion setelah menghadiri acara Sharing Session ini, contonya seperti bagaimana seorang Ricky Barma mendaur ulang limbah kerang menjadi sesuatu yang bernilai jual tinggi, bagaimana Rahmadina Putri yang mengangkat warna hitam serta menuangkan bait—bait puisi yang ia bordir pada baju karyanya, pemakaian material scuba serta teknik laser cutting yang diaplikasikan pada baju karya Dwi Astiti, dan juga beberapa istilah – istilah yang berkaitan dalam bidang fashion.
 Sebaiknya acara-acara seperti ini tidak berhenti sampai di sini, saya berharap Fashion Communication STDI bersama The ImPossible Projects Team terus mengadakan acara – acara seperti ini, dan semoga acar-acara kedepannya semakin baik lagi, baik dari susunan acara maupun dari segi penyampaian pembicara yang diundang dapat menginspirasi pendengarnya.

Rabu, 05 Oktober 2016

About Me





Hai Readers,

Perkenalkan nama saya Ulva Betsi Wandi akrab di panggil Upe, saya perempuan berdarah Minang yang lahir dan besar di kota Pekanbaru, 15 oktober 1997 silam. Sering dianggap sebagai manusia nocturnal karena selalu terjaga hingga larut malam dan lebih suka mengerjakan segala sesuatu pada malam hari. Suka menghabiskan waktu luang dengan menonton film atau membaca novel. Saya menamatkan pendidikan di SD Negeri  016 Tampan, SMP Negeri 8 Pekanbaru, dan SMA Negeri 4 Pekanabaru.

Setahun yang lalu saya memutuskan untuk tinggal jauh dari orang tua dan keluarga merantau ke kota bandung untuk melanjutkan Study saya. Dan disinilah saya sekarang, saat ini saya sedang berkuliah di Sekolah Tinggi Desain Indonesia mengambil jurusan Desain Komunikasi Fashion. Saya sangat tertarik pada bidang Desain khususnya Desain Fashion. Tujuan saya membuat blog ini selain untuk memenuhi nilai mata kuliah dalam proses belajar, juga untuk Share dan bertukar informasi seputar dunia Fahion. Semoga postingan-postingan saya pada blog ini dapat bermanfaat.